Senin, 08 April 2013

Geomorfologi : Bentuk Lahan


BAB I
PENDAHULUAN

Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform) (2012)
Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah dengan adanya pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan yang ada di bumi yang juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan dan mempelajari bentuk-bentuk geomorfologi yang ada di bumi. Baik yang dapat berpotensi berbahaya maupun aman. Sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk lahan (2012)
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau landscap (Belanda) atau landschaft  (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek, yaitu aspek visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 dalam Tim Fakultas Geografi UGM,1996. Untuk mengadakan analisis bentanglahan diperlukan suatu unit analisis yang lebih rinci. Dengan mengacu pada definisi bentang lahan tersebut. maka dapat dimengerti, bahwa unit analisis yang sesuai adalah unit bentuk lahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasi bentang lahan selalu mendasarkan pada  kerangkakerja bentuklahan. Berdasarkan pengertian bentanglahan seperti di atas, maka dapat diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan. Kedelapan anasir bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuklahan, flora, fauna, dan manusia (2012).
Bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi. Pada makalah ini akan dijelaskan kembali apa yang dimaksud dengan bentang lahan yang terbentuk berasal dari proses pelarutan (2012).

BAB II
PEMBAHASAN

II.1  Bentuk Lahan
Menurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah konfigurasi permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun (Zmit, 2013).
       Struktur geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa) dari bentuklahan. Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan, sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan bentuklahan  (Zmit, 2013).

            Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 8 satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan bentuk lahan tersebut adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
1.      Bentuklahan asal struktural
                        Gambar 2.1 Bentuk lahan struktural (Suhendra, 2009)
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural. Bentuklahan asal struktural adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Pegunungan blok sesar (simbol : S1)
Gawir sesar (simbol : S2)
Pegunungan antiklinal (simbol : S3)
Perbukitan antiklinal (simbol : S4)
Perbukitan atau pegunungan sinklinal (simbol : S5)
Pegunungan monoklinal (simbol : S6)
Pegunungan atau perbukitan kubah (simbol : S7)
Pegunungan atau perbukitan plato (simbol : S8)
Lembah antiklinal (simbol : S9)
Hogback atau cuesta (simbol : S10)

2.      Bentuklahan asal denudasional
Gambar 2.2 Bentuk Lahan Denudasional (Suhendra, 2009).
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Pegunungan terkikis (simbol : D1)
Perbukitan terkikis (simbol : D2)
Bukit sisa (simbol : D3)
Perbukitan terisolir (simbol : D4)
Dataran nyaris (simbol : D5)
Kaki lereng (simbol : D6)
Kipas rombakan lereng (simbol : D7)
Gawir (simbol : D8)
Lahan rusak (simbol : D9)



3.      Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik)
Gambar 2.3 Bentuk Lahan Volkanisme (Suhendra, 2009).
Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan gunungapi atau vulkanik. Bentuklahan asal gunungapi adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Kepundan (simbol : V1)
Kerucut gunungapi (simbol : V2)
Lereng gunungapi (simbol : V3)
Kaki gunungapi (simbol : V4)
Dataran kaki gunungapi (simbol : V5)
Dataran kaki fluvio gunungapi (simbol : V6)
Padang lava (simbol : V7)
Lelehan lava (simbol : V8)
Aliran lahar (simbol : V9)
Dataran antar gunungapi (simbol : V10)
Leher gunungapi (simbol : V11)
Boca (simbol : V12)
Kerucut parasiter (simbol : V13)




4.      Bentuklahan asal fluvial
Gambar 2.4 Bentuk Lahan Asal Fluvial (Herlambang, 1990).
Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus. Bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Dataran aluvial (simbol : F1)
Rawa, danau, rawa belakang (simbol : F2)
Dataran banjir (simbol : F3)
Tanggul alam (simbol : F4)
Teras sungai (simbol : F5)
Kipas aluvial (simbol : F6)
Gosong (simbol : F7)
Delta (simbol : F8)
Dataran delta (simbol : F9)
5.      Aluvial Plain / Kipas Darat
Gambar 2.5 Bentuk Lahan Aluvial Plain (Herlambang, 1990).

Bentang lahan kipas aluvial merupakan  hamparan bahan aluvial yang bermula dari     suatu mulut lembah di daerah pegunungan, kemudian me-masuki wilayah dataran.  Dari mulut lembah tersebut, endapan menyebar dengan sudut kemiringan makin landai. Fraksi kasar akan teraku-mulasi di dekat mulut lembah, sedangkan fraksi halus akan terdapat pada daerah dataran. Sungai yang mengalir di daerah kipas cenderung berubah-ubah arah, karena pembendungan di daerah hulunya oleh fraksi kasar. Kipas alu-vial dapat terjadi pada kaki gunung api, kaki tebing dari gawir sesar, atau pada lembah di bawah suatu lembah lain, tergantung pada kondisi dan posisi daerah erosi. Pada daerah beriklim kering, di kaki pegunung-an sering dijumpai akumulasi endapan dari longsoran batuan dengan lereng yang landai dan berangsur datar. Daerah tersebut dinamakan rock pediment, rock plane atau conoplain. Daerah yang terletak antara daerah erosi dan daerah endapan disebut zone of planation. Jika aku-mulasi endapan hasil longsoran tersebut berbentuk kipas disebut pula rock fan.




6.      Bentuklahan asal marin
Gambar 2.6 Bentuk Lahan Marine (Suhendra, 2009).
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun. Bentuklahan asal marin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Gisik (simbol : M1)
Dataran pantai (simbol : M2)
Beting pantai (simbol : M3)
Laguna (simbol : M4)
Rataan pasang-surut (simbol : M5)
Rataan lumpur (simbol : M6)
Teras marin (simbol : M7)
Gosong laut (simbol : M8)
Pantai berbatu (simbol : M9)
Terumbu (simbol : M10)
7.      Bentuklahan asal pelarutan
Gambar 2.7 Bentuk Lahan Karst (Suhendra, 2009).
Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah larut. Karst adalah suatu kawasan yang mempunyai karekteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak selalu pada batu gamping, meskipun hampir semua topografi karst tersusun oleh batu gamping. Bentuklahan asal pelarutan adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Dataran karst (simbol : K1)
Kubah karst (simbol : K2)
Lereng perbukitan (simbol : K3)
Perbukitan sisa karst (simbol : K4)
Uvala atau polye (simbol : K5)
Ledok karst (simbol : K6)
Dolina (simbol : K7)






8.      Bentuk lahan asal Eolin (angin)
Gambar 2.8 Bentuk Lahan Eolin (angin) (Suhendra, 2009).
Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Bentuklahan asal eolin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
Gumuk pasir (simbol : E1)
Gumuk pasik barkan (simbol : E2)
Gumuk pasir pararel (simbol : E3)

9.      Bentuklahan asal glasial
Gambar 2.9 Bentuk Lahan Glasial (Suhendra, 2009).
Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam (Suhendra, 2009).
Semua satuan bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri tertentu. Dengan demikian maka, dengan mengenal nama satuan bentuklahan akan dapat dibayangkan sifat alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting terutama dalam konteks kajian lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis, maupun kultural (Suhendra, 2009).


























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu.
Verstappen (1983) telah mengklasifikasi bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadisepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah sebagai berikut :
1.      Bentuklahan asal structural
2.      Bentuklahan asal vulkanik 
3.      Bentuklahan asal denudasional
4.      Bentuklahan asal fluvial
5.      Bentuklahan asal marine
6.      Bentuklahan asal glacial
7.      Bentuklahan asal Aeolian
8.      Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9.      Bentuklahan asal organik 
10.  Bentuklahan asal antropogenik.
Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api, contohnya antara lain kerucut gunung api, kawah, kaldera, medan lava.
Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan rusak.
Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai, contohnya antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras sungai. Karena sebagian besar sungai bermuara di laut maka sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial dan marine.
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses laut seperti tenaga gelombang, pasang dan arus. Contohnya gisik pantai (beach ridge), bura (spit), tombolo, laguna.
Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas gletser (gerakan massa es), contohnya adalah lembah menggantung (hanging valley), morena, drumlin.
Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses angin, contohnya gumiuk pasir yang memiliki berbagai bentuk seperti barchan, parabolik, longitudinal, transversal,bintang.
Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah karst, dolina, uvala, polje, gua karst.
Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas organisme contohnya adalah terumbu karang dan pantai bakau.
Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan.